Mengenal Masalembu seperti pergantian siang dan malam saja ternyata, cukup singkat. Pengalaman kala itu cukup diluar dugaan ketika saya bekerja di DCP Surabaya. Saya mengusung misi dalam rangka melakukan survey dari salah satu provider telekomunikasi.
Perjalanan dimulai dari pelabuhan Perak Surabaya, kapal yang membawa kami sebenernya adalah kapal barang yang difungsikan sebagai kapal penumpang (katanya memang tidak ada kapal penumpang umum khusus untuk tujuan Masalembu sampai dengan saat itu, ngggg ...itu disekitar penghujung 2008, heee saya juga kurang begitu mengerti dimana bedanya kapal barang dan penumpang -> mungkin di interiornya ya ha3, sudah pasti berbeda). Perjalanan ke Masalembu ditempuh kurang lebih 14 jam (12-16 jam), bagi saya yang pertamakali naik kapal laut => perjalanan yang sungguh kurang nyaman (macboook laut.._ _!), terasa lama sekali sampainya. Para penumpang pada saat itu saya pikir adalah penduduk Masalembu semua terkecuali kami, satu orang asing saja yang ikut akan sangat tampak diantara penumpang lainnya.
Semalaman perjalanan, pagi-pagi buta akhirnya sudah tampak daratan Masalembu, fiuhhhh senengnya....
Beruntung sudah ada contact person dengan salah satu warga setempat, sehingga kami langsung ketemuan di salah satu warung disana dengan naik becak. (hmm... kalau ga salah, seingat saya beliau adalah salah satu pekerja di dermaga Masalembu). Dari beliau (wah jadi lupa namanya, heeee), kami diberikan tempat menginap semacam rumah dinas (kebetulan memang kosong).
Gimana keadaan desanya? Di Masalembu ada tiga dermaga yaitu di Karamian, Suka Jeruk dan Masalima. Begitu memasuki desanya, jalannya sebenarnya sudah beraspal, namun yang dekat dengan bibir pantai sebagian tertutupi pasir putih. Pada saat itu ada masjid yang cukup besar sedang dalam proses pembangunan, selain itu, ternyata sudah ada tower bts milik salah satu provider telekomunikasi yang terlihat dari dermaga. Ada sedikit cerita menarik, semenjak hadirnya fasilitas ini, banyak wartel-wartel yang tutup (bahkan mungkin tidak ada lagi, karna selama berkeliling kami memang belum menemui satu wartelpun, tinggal spanduk dan strikernya saja...). Dahulu untung dari bisnis wartel di sini boleh dikatakan lumayan, karena untuk menelpon saudaranya yang sedang di Jawa, mereka bisa berjam-jam bahkan bisa ratusan-ribu sekali panggilan (wow 0o0!). Namun sekarang ? Sudah ber-hp semua dan apalagi misi kami adalah memberikan alternatif pilihan selain provider yang sudah ada he3. Ada satu kantor telkom dan pos di pulau ini, untuk pos belum bisa one day service ya he3, karena tidak setiap hari paket keluar dan masuk (tergantung pelayaran mungkin, yang jelas sudah terjadwal/ada jadwalnya).
Gimana dengan pasokan listrik Masalembu? Wah ternyata meggunakan genset, belum ada pln-nya. Karena genset utama pulau ini hanya beroperasi ketika petang / malam hari, banyak warga yang memiliki genset sendiri dirumah mereka untuk memenuhi kebutuhan listrik di siang hari.
Kebutuhan air ? Walaupun dikelilingi lautan, air sumur disini tidak asin ternyata. Kata salah seorang warga, "Walaupun nggali deket dengan pantai juga nggak asin mas airnya."
Berkeliling di Masalembu saya bertanya, 'Kok motor disini banyak yang tidak berpelat nomor ?' Ya sebagian besar motor di sini dengan bebas tidak berpelat nomor dan hanya satu buah mobil mini-mpv saja pada saat itu yang saya temui disana yang berlalu-lalang. Cukup aneh bagi saya, dengan luas wilayah kecamatan 40,85 Km2 sebenernya dengan motorpun sudah cukup.
Setelah siang bermain ke mercusuar (berada disalah satu bukit yang cukup tinggi, katanya belum komplit ke Masalembu kalau tanpa menyempatkan diri mengunjungi tempat ini) dan mengelilingi pulau serta mengabil data survey, malamnya saya sangat lapar. Ada penjual nasi goreng disebelah, "Pak saya pesan tiga ya, saya ke toko sebelah dulu sebentar!", seru saya pada saat itu. Sekembalinya ke penjual nasi goreng, ternyata nasi pesenan saya sudah diantarkan ke rumah tempat kami menginap. Sayapun kembali setelah mengucapkan terima kasih. Setelah sampai, saya kaget dan berkata "Loh kok cuman dua ?" , lalu kata rekanan saya pada saat itu, uangnya kan cuman buat dua. Saya sangat terperanjat, saya pikir saya beli dengan uang saya bukan make uang perusahaan untuk dideklarasikan (hey saya lapar pak!). Mau saya beli dua atau tigapun untuk saya sendiri terserah saya bukan! Wah, tahu seperti itu mending tadi saya tungguin, pikir saya saat itu. Hahaha pengalaman yang berharga bagi saya.
Kejadian unik lainnya adalah ketika saya mengambil data foto, kamera yang digunakan pada saat itu hanya kamera poket digital biasa dengan kondisi yang memprihatinkan (buat ambil gambar hasilnya gajelas heee), sampai akhirnya saya sewa kamera yang cukup lumayan (semi SLR mungkin, disini penghasilan bahari penduduknya boleh dikatakan sangat lumayan pada saat musim panen, jadi tidak heran gadget mereka juga mengitkuti perkembangan) disalah satu studio photo setempat (lumayan juga ya ada photo digital disini^^!), ratenya perhari berapa ya pada waktu itu ??? Karena belum pernah menyewakan jadi pemilik juga tidak tahu berapa ratenya ha2, pada saat itu 3 hari sekitar 70ribuan kalau tidak salah ingat. Dengan motor yang dipinjami dari pak lurah, saya pun jeprat-jepret terutama dari akses masuk mulai dari dermaga hingga lokasi yang kami ajukan. Pada saat didermaga saya dihampiri salah seorang petugas yang tampangnya cukup tidak ramah, dan kena damprat deh saya ha3 (mungkin bapak ini melihat saya sendirian jeprat-jepret tanpa seijin dia mungkin ya^^!, siapa jugaaaa dia ha3), kata bapak ini, kalau masih ambil photo di dermaga sembarangan saja ambil kameranya dan dirusak isinya. Wah wah wah, seberapa private dan urgent temapat ini sehingga tidak boleh ambil objek sembarangan (pak saya ini mau ambil data guna memfasilitasi pulau yang bapak tinggalin, gumam saya saat itu), yah saya pikir... setiap orang memiliki gaya dan egonya. Sayapun tidak bisa ambil data lembih lanjut, namun data sudah cukup banyak saya ambil saat itu heeee, akhirnya saya putuskan untuk kembali ke tempat istirahat.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0N-zDirgjQXUBdwcwyhw2t09TyQ6bhb1mXMTEziYM096uyJmpUJ2FdzkumxoYZCFedzZnp7vXj2Q_0oMG5Poa065ci1ycwAgVwHVENu_ZNayivfYhTdqr9qosAsz4FjmKCwRSkl6Db-Z3/s200/masalembo.jpg)
Sesampainya di Perak, wah saya merasa seperti sudah tiba di rumah saja (feels the air of the sweet home). Yah demikianlah sekilas pengalaman backpacker saya ke pulau Masalembu (Masalembu or Masalembo ya yang bener^^!). Whatever it is, saya berharap Masalembu akan terus semakin maju!
0 comments:
Post a Comment