Monday, October 29, 2018

Musibah Pesawat Lion Air JT610, takdir?

Well, lama tidak posting.. Namun berita jatuhnya pesawat lion air hari ini 29 Oktober 2018 6.20 WIB membuat banyak orang kaget dan mungkin sebagian shock. Betapa tidak maskapai lcc ini begitu akrab dengan kita. Saya sendiri sering menggunakan jasa maskapai ini.

Hal pertama yang terbersit ketika tau berita ini adalah, kenapa? Apa penyebabnya? Karena pagi di area Bekasi dan Jakarta basah, kami pikir kemungkinan pesawat ini sedang mengalami turbulensi (ya perjuangan melawan cuaca buruk). 13 menit hilang komunikasi dari lepas landas berarti sign seat belt belum mati. Namun ternyata BMKG mengkonfirmasi bahwa cuaca di poin tersebut kondisi cuaca layak terbang. Di group wa ada yang bilang kendala teknis. Wah.. saya kaget..

Hal kedua yang terbersit adalah terbayang saat saya merasakan di kabin pesawat saat terjadi cuaca buruk. Saya pernah mengalaminya bersama Sriwijaya air, perut saya cukup terhenyak ngeri pada saat itu.
Kemudian terbersit hal ketiga, apakah hal ini sudah menjadi takdir? Tanggal, waktu, tempat kejadian, apa dan siapanya...

Saya pikir... ya... ini sebuah takdir, setiap kejadian itu sudah ditulis. Tapi............
Yang ingin saya ungkapan disini adalah, manusia yg menentukan dan memilih.
Hidup seseorang sudah dicatat, tapi dalam pikiran awam, coding sederhana saja ada 'if', 'case when'...
Pernahkah terbayangkan betapa kompleks dan buesaranya kitab kehidupan? Big data? Lewattttt jauh barang kali...

Satu objek bisa banyak 'if', 'case', didalam 'if' ada 'if' lagi, dan seterusnya. Siapa yang mendesign? Dan siapa yang menjalani? Menjalani berarti penuh dengan pilihan.
Hidup adalah sebuah pilihan bukan? Setiap apa yang kita pilih sudah ada alurnya (ini asumsi awam). Jadi setiap yg kita jalani memang sudah ditulis, mau ke case a, case b, case c, sudah ada alurnya masing-masing. Itu baru satu objek manusia, padahal ada milyaran lebih objek barabgkali di dunia ini.

Kembali ke musibah Lion Air JT610. Dari sisi pesawat, ada kemungkinan faktor kendala teknis (s/d tulisan ini dimuat belum keluar pernyataan resmi dari badan terkait). Kendala teknis bisa terjadi karena 'unsafe act' berdasarkan teori Heinrich. Tercatat malam sebelumnya JT610 mengalami masalah sebelum take off dari Bali ke Jakarta. Well, faktor apa yang mentukan pesawat jatuh pada 29 Oktober bukan 28 Oktober?

Dari sisi penumpang. Siapa yg memilih moda transportasi? Siapa yg memilih maskapai dari sekian maskapai yang ada. Banyak saya dengar,
 
    "Saya kapok, ngga akan lagi pakai maskapai A"
    "Saya selalu pakai maskapai B"

Kemudian ada yg saya bilang 'tidak disiplin', sehingga dia datang terlambat ke bandara. Andai saja dia berniat bangun dan datang tepat waktu bisa jadi dia ikut sebagai korban. Itu adalah case a,b,c nya dia. Semuanya nasib, tetapi kita yang menetukan mau masuk ke 'case' yang mana....

Semoga para korban Lion Air JT610 diterima disisi Allah SWT, diampuni dosa-dosanya, dan diberikan kekuatan serta  ketabahan bagi yang ditinggalkan, aamiin..



0 comments:

Post a Comment