Thursday, June 18, 2015

CVT... CVT... fiuhh...

Akhir tahun lalu dengan alasan mendesak saya membeli motor matic. Saya lebih prefer bebek sebenarnya. Dengan matic ini kebutuhan berkendara saya terpenuhi. Wesss ewess ewess bablass kemana-mana. Yahh walaupun cepat bablas juga bensinnya. Hahaha lebih irit bebek mas berooo...

Oiya motor yang saya beli itu motor bekas bukan cling ambil di dealer (beli baru juga bisa sebenarnya saat itu >> congkak mulai keluar << hahaa). Tapi pada saat itu simpanan buat alokasi lain (perlu dibuat judul sendiri gak ya keperluan alokasi ini heheeeeee).

Nah singkat cerita, motor sudah tidak banyak saya pakai. Saya mau jual, niatnya mau jual online biar person to person langsung. Tapi saat itu disarankan dititipkan ke tetangga yang biasa jual beli motor bekas. Agar tidak mengecewakan pembeli saya putuskan untuk service ke dealer.

Jreng jeng jeng.... 'Mas CVT nya parah..' Ganti ini ganti itu..
Saya tanya total costnya, '400rb an mas'. Gubrak!!! Cekak men kantong... Tapi tak apalah sudah prinsip mau gimana lagi. Larinya muluss aluss men wass wess wass wess dan terjual hehee...

-------------------------------

17 Juni 2015, saya kembali melakukan cek CVT, kali ini bukan motor saya, tapi motor istri tercinta (eeaa... Ihirrr nyesss cess cess..). Motor dibawa lari sudah terasa tidak enak, sampe suatu hari pas mau refill air minum, DHUARRR!!!! (Ga sampe bunyi seperti itu sih, saya lebaykan V^^!
Motor langsung ngadat gabisa lari, saya pikir apa keberatan bawa galon kosong...  Dengan langkah berat saya bawa ke bengkel motor terdekat (semenjak di jakrta jadi lumayan sering dorong motor, habis bensin lah.. ban bocor lah..) dan sekarang vbelt putus lah.. Saya di push untuk olah raga mungkin ya, seingat saya olah raga terakhir tu waktu sma, itupun seminggu sekali.

Nah kan seputar CVT lagi yang kena... Oh men....
Karna cuman di bengkel motor biasa part nya pun biasa dan pemasangannya tidak standar. Naik motor malah kayak naik kuda.. Sangat ga nyaman, getarannya seperti naik elf cuti dijalanan pulau tetangga (inisialnya K hehheeee).

Akhirnya saya putuskan untuk dicek ke dealer resmi.
Jreng jeng jeng... 'Mas parah banget CVT nya!'
Ganti ini ganti itu ganti yang ono ganti yang inu (memang lebih banyak yang rusak/retak dan aus). Saya minta perkiraan biaya, adminnya bilang, 'Satu jutaa se...' langsung dah saya potong.. 'Aduh maaf ga ada duit segitu, saya cancel service beratnya, cek cvt ma gangi vbelt aja dulu, nyicil sisanya nunggu gajian' (Padahal dalem ati, siapa yang gajian.. Orang saya ga ada gaji bulanan). Akhirnya lagi-lagi the hero of the month masih istri saya tercinta (eaa... Ihiirr..).
Besoknya setelah dapet dana, saya kembali ke dealer untuk penggantian part-part yang rusak. (Overhaul CVT dah ini judulnya).

Setelah tanya-tanya, ternyata di service ringan dan besar pun belum termasuk pengecekan CVT. Mekanik memberikan pernyataan banyak orang sudah terlambat ketika memeriksakan CVT motor matic, tau-tau costnya sudah membengkak. Saya pikir tidak sepenuhnya salah pengguna motor. Mungkin itu strategi bisnis dari vendor/service resmi. Kenapa tidak dibuat paket service yang memang sudah termasuk bagian-bagian vital motor matic tersebut. Alih-alih malah menyalahkan pengguna, sekarang kalau pembeli motor dateng kemudian membeli apa dikasi penjelasan cara kerja motornya, apa-apa yang harus diperhatikan, dll. Taunya ya service berkala pada umumnya.
Ck.. Ck.. Ck..

Monday, June 8, 2015

Dewasa.. apakah berkorelasi dengan usia?

Siang ini tanggal 8 Juni 2015, mood saya dibikin turun dalam sekejap oleh perilaku seseorang. Dia seorang ibu-ibu (saya rasa sekitaran 40an). Mengendarai motor membonceng anak kecil, ohh.. Mungkin itu putranya. Jalanannya sempit dan padat. Terjadi di perempatan pasar sumur batu.

Anda yang sudah tau tempat ini mungkin sudah kebayang bagaimana padatnya jalanan yang sempit diarea ini. Siang ini padet dan terhenti (seperti biasa tidak ada yang mau mengalah). Semua pengen duluan. Ada sebuah truck terhenti di perempatan yang akan melintas, karna padat akhirnya stuck beberapa saat. Saya terjebak dibelakang truck itu dengan kendaraan lain dibelakang.

Motor saya terasa didorong-dorong dari belakang. Saya berpikir ohh mungkin telat ngerem sehingga nyenggol bagian motor belakang saya (Jekarda... Senggol-senggol srempet-srempet sudah hal yg dimaklumi). Tapi ini lagi-lagi motor saya didorong-dorong dari bepakang dan lirih saya mendengar "Ayo maju maju lah...". Saya langsung menoleh kebelakang, saya lihat seorang ibu-ibu membonceng anaknya. Ketika saya hadap kedepan lagi, didorong-dorong lagi motornya. Saya langsung melihat kebelakang dan saya pandang terus ibuk tadi. Dia ngomel lirih "Biasa aja kali pak!"

Pada saat itu hampir meluap emosi saya. Apakah tidak jelas lalu lintas sedang stuck?? Apakah tidak terlihat truck didepan belum bisa melintas?? Saat itu saya hanya berpikir kok perilakunya seperti itu ya.. Tidak bisa melihat dengan bijak situasi dan kondisi. Itukah yang akan ia ajarkan ke anaknya dengan memberi contoh seperti itu? Makin berumur bertambah usia, perilakunya harusnya bisa menjadi teladan yang baik ya...

Setelah kejadian itu, saya coba tarik mundur lagi kebelakang. Banyak akhlak terbentuk dari situasi dan kondisi lingkungan. Saya mencoba memakluminya. Ibu tadi tidak mengenakan helm (asumsi saya dia tinggal di daerah tersebut). Sudah terbentuk situasi kondisi lalu lintas yang memang tidak tertib di area tersebut. Ditambah lagi kapasitas jalan tidak bisa menampung kepadatan lalu lintas sehingga acap kali terjadi traffic jam di banyak titik. Hal ini membuat sangat tidak nyaman, emosi meluap, stress, kebiasaan buruk yang kebablasan, dll. Saya saja sering dibuat stress tiba-tiba dengan kondisi jalan di area tersebut (mood langsung anjlok).

Apakah warga dan pelintas di area itu tidak sadar? Kondisinya ya seperti itu, harus bagaimana berlalu lintas? Berpikir bijak berlalu lintas agaknya sangat sulit ya?!
Fine, it's ok. Watak yang terbentuk memang seperti itu, jadi pandai-pandai kita mengambil hikmah...

Semoga kita selalu ditempatkan di lingkungan yang kondusif dan membawa berkah, aamiin....

Saturday, June 6, 2015

Belajar Usaha (Part 1)

1. Bangun pagi, mandi, tidak sempat sarapan, berangkat...
2. Pulang, makan, tidur...
3. Return to number 1.

Aktifitas beberapa tahun terakhir.. Berangkat petang pulang petang, capek tapi buat dapur orang lain..

Akhir 2013 sudah bulat untuk keluar dari zona entah itu disebut nyaman or bukan (gajinya sih lumayan nyaman, tiap bulan selalu nungguin sms cinta 3355, palagi kalau pas bonusan. Ngenesnya pas liat potongan pajak akhir tahun, ya disitu sakitnya).

Tapi kputuasan yg pada saat itu bulat ternyata masih belum bulat sempurna. Kaki masih gabisa beranjak walaupun hanya selangkah. Terhenti karena apa?

Terkadang status kita sebagai anak mengharuskan setiap keputusan sebaiknya dapat restu dari orangtua. Itu nantinya bisa menjadi bakti kita kepada orangtua. Dan saya belum mendapat restu pada saat itu. Menabung dan menabung lebih disarankan.... (Mungkin karna melihat pekerjaan saat itu udah stabil)

Akhirnya saya masih berkutat pada rutinitas 1,2,3 diatas..
Mungkin niatan baik pasti selalu ada jalan. Ada satu pijakan kuat di tahun 2014 sebagai langkah awal saya untuk bisa mewujudkan keinginan saya yg sempat terhenti.


To be continued... (^^!