Sunday, October 14, 2012

Reading a Book

Saya bukan orang kutu buku. Saya lebih suka file animasi dari pada file text. Pada saat di bangku sekolah dan kuliah saya tidak betah berlama-lama membaca buku sains maupun buku mata pelajaran lainnya. Tidak sampai 5 menit sudah pasti menguap - nguap,mata menjadi berat dan akhirnya terlelap.

Beberapa minggu lalu saya ditawari buku untuk dibaca. Saya tidak langsung meng-iya-kan untuk membacanya. Satu-satunya yang membuat tangan dan mata saya meraihnya adalah tentang tokoh di buku itu. Dari dulu saya sangat bangga akan bangsa Indonesia dan orang-orang yang berprestasi di dalamnya. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang saya pikir memiliki potensi yang sangat besar dan tidak kalah jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya, hanya saja bangsa ini belum sadar dan belum tersadar sejak dimerdekakan oleh para pejuang terdahulu. Indonesia selalu disalip oleh negera-negara tetangganya yang sebenarnya jika mau, ia bisa berlari dan mengejarnya. Semoga ini cepat menjadi kenyataan.

Beralih kembali ke judul artikel. Buku itu saya baca, saya pinjam untuk dibawa pulang, dan selama 2-3 hari saya baca. Kali ini berbeda, saya tidak lagi merasakan kantuk yang mendera saat memacanya berlembar-lembar (sekitar 300an halaman yang saya baca saat itu). Semakin ikut melihat apa yang disampaikan penulis. Penulis ini mengungkapkan kisah hidupnya dari hanya seorang warga sipil dengan kecerdasan luar biasa hingga menjadi orang yang sangat diinginkan oleh Jerman dan salah satu negara di Asia Tenggara. Bersama istrinya yang sangat setia dan sangat dicintainya ia kembali ke tanah air untuk mengabdi pada Negara. Menjadi orang yang sangat dipercaya oleh orang nomor 1 di Indonesia pada saat itu, membawa perubahan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Indonesia bisa!

Seakan-akan halaman per halaman itu membentuk layar bioskop dimana detail tiap cerita berada melayang-layang diatas kepala pembaca (yang dalam hal ini adalah saya sendiri). Saya baru tersadar banyak orang berkata, membaca bukunya itu lebih seru dari pada menonton film-nya. Dan dalam kasus ini saya mengiyakan. Padahal dulu saya sangat menentang pendapat ini (membaca itu membosankan, lebih mudah dan seru melihat visual berupa film ataupun animasinya). Saya bisa merasakan apa yang dirasakan orang pada saat membaca tebalnya buku Hary Potter dan Ayat-Ayat Cinta (yang sebelumnya saya akan lebih tertarik menonton film 3D-nya Hary Potter dari pada harus berlama-lama membaca bukunya).

Selesai membaca satu buku. Sayapun mengembalikannya dan ditawarin lagi buku yang lain. Kembali buku itu saya pinjam untuk dibawa pulang dan dibaca. Buku ini lebih tebal dari sebelumnya (saya bergumam bisa tidak ya menuntaskan buku ini?). Fakta memang menunjukkan bahwa buku itu memiliki daya pikat dan daya tarik tersendiri bagi penikmatnya. Saya melahap buku itu dalam 4-5 hari. Buku itu juga menceritakan fakta hidup, bukan karya fiktif. Semakin membaca semakin rasanya saya ikut didalamnya sebagai penonton siaran langsung. Ketika ia membawa saya ke Austria, saya melihat Masjid terbesar di sana, ketika ia ke Paris, Turki dan negara-negara lainnya, seolah saya berada disana karena penulis begitu detail menuangkan dalam tulisan-tulisannya. Saya pada saat itu mengakui menjadi tertarik membaca buku. Dan ketika sudah selesai membaca buku kedua itu saya meminta meminjam lagi satu buku yang berorientasi pada cerita fiktif, bukan berdasarkan true story (tapi saya belum tahu apakah novel yang saat ini baru selesai saya baca itu hasil riset dari sejumlah pengalaman hidup yang memang benar adanya). Novel yang terakhir ini sangat menarik, fiktif dan berbeda dari buku sebelumnya. Walaupun jalan ceritanya sedikit ada yang mengganjal namun muatan materinya yang lebih saya maknai untuk diambil hikmahnya.

Membaca itu sekali lagi saya ungkapkan menyenangkan, bukanlah sesuatu hal yang membosankan. Benar adanya jika kalimat terdahulu selalu didengungkan bahwa buku adalah jendela dunia. Saya pikir anak-anak jaman sekarang harus dibudayakan membaca buku. Tidak hanya terpaku pada buku pelajaran di sekolah saja, tetapi meluaskan pada buku-buku yang syarat akan akan sejarah, pengalaman dan banyak hal yang bersifat positif untuk membangun jiwa dan bisa menjadi bekal bagi pembacanya. Semoga dengan membaca wawasan kita menjadi semakin luas dan terbuka.

Ada satu yang saya amat sangat ingin membacanya, mempelajari serta mengerti isinya dan jika bisa mengamalkannya, sebuah buku yang sangat tebal bagi saya dan jika dijabarkan maka akan sangat luas isi dan maknanya.

Oiya ketiga buku yang sudah saya baca di atas adalah sebagai berikut:
- Habibie dan Ainun (Prof Dr Ing BJ Habibie)
- 99 Cahaya di Langit Eropa (Hanum Salsabiela Rais)
- Bumi Cinta (Habiburrahman El Shirazy)

Dan saya ingin membaca buku-buku yang lainnya. Semoga ini menjadi budaya yang baik.

3 comments:

m a r c e l l a said...

Alhamdulillah :D

Wayang Wong said...

udah punya 5 koleksi ini wheeheh..

m a r c e l l a said...

baru sadar ada komen ini.. yg pasti sekarang sudah lebih dari 5 kan :D

Post a Comment